Menyenandungkan Krisis Lingkungan dengan Budaya Populer melalui Komik: Sebuah Upaya untuk Menjamah Penerus Bangsa

Amnesty International Chapter UI
4 min readJul 30, 2023

--

Sumber: (Smart Brain, 2020)

Melahirkan generasi baru yang peka terhadap krisis lingkungan adalah kewajiban bagi umat manusia jika masih ingin eksis di muka bumi. Buku komik sebagai konsumsi hiburan bagi anak-anak dan remaja dapat digunakan sebagai instrumen untuk mencapai hal tersebut. Komik dapat menjadi tempat bersemayamnya pesan-pesan tentang krisis lingkungan dengan memberikan stimulasi atensi terhadap otak manusia untuk menyerap informasi yang disajikan. Hal ini karena komik menggabungkan visual sebagai agen atensi dan teks sebagai agen informasi. Menurut selective attention theory, otak manusia memiliki keterbatasan dalam kapasitas menyerap informasi sehingga otak manusia secara otomatis akan memilih atensi pada hal-hal yang menarik (Lavie, 1995), seperti visual pada komik.

Serial Buku Komik Krisis Iklim Yayasan Plan International Indonesia

Serial komik dari Yayasan Plan Internasional Indonesia menjadi salah satu contoh penerapan komik sebagai media komunikasi sains untuk krisis lingkungan. Komik ini menceritakan tentang lingkungan pertemanan yang dimulai ketika beberapa orang anak berkumpul untuk mengikuti sebuah lomba karya tulis tentang lingkungan. Ikatan pertemanan mereka tetap terjalin meskipun mereka telah pulang ke tempat masing-masing. Usai pulang ke kampung halamannya, anak-anak ini mulai merefleksikan fenomena-fenomena tentang perubahan iklim di tempatnya masing-masing.

Komik krisis iklim karya Plan Internasional Indonesia ini mencoba memberikan example-based learning dengan model teladan di setiap masalah yang ada. Model teladan dalam buku ini disesuaikan dengan kapabilitas yang dapat dilakukan demografis pembacanya (anak-anak dan remaja). Hal ini penting agar pembaca dapat langsung mencoba mengaplikasikan pesan yang ada di buku ini. Buku ini mencoba memberikan pendekatan yang lebih nyata dan lebih kontekstual bagi pembacanya di Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat melalui pemilihan kasus-kasus domestik, seperti siklon Seroja, ancaman hilangnya salju di puncak Jayawijaya, coral bleaching di perairan Indonesia dan limbah masker akibat pandemi COVID-19.

Salah satu seri dari buku ini juga menggunakan pendekatan antropomorfik untuk memperkenalkan gas rumah kaca. Jenis-jenis gas rumah kaca diperkenalkan satu per satu lewat sosok antropomorfik yang dipersonifikasikan lewat wujud manusia. Buku ini meruntuhkan kejenuhan bahasa, data, dan visualisasi yang rumit dalam menjelaskan gas rumah kaca dan jenis-jenisnya kepada anak-anak dan remaja dengan mendirikan sosok khayalan yang mudah diingat bagi anak-anak dan remaja. Sosok khayalan ini akan menjadi referensi bagi mereka untuk membayangkan fenomena perubahan iklim akibat gas rumah kaca dan menjadi panduan bagi mereka untuk bertindak.

Identitas, Komunikasi Sains, dan Perubahan Iklim

Jati diri manusia merupakan kunci untuk mengurai permasalahan krisis iklim. Manusia adalah satu-satunya spesies di muka bumi ini yang dapat memikirkan urusan spesiesnya. Seekor simpanse tidak akan pernah berpikir untuk mengadakan sebuah perjanjian internasional antara koloni simpanse untuk mengakui dan melindungi hak asasi simpanse atau mengurangi jejak karbon simpanse supaya tidak menyebabkan pemanasan global. Manusia berhasil melakukan transendensi identitas sosial mereka lewat mosi yang berjudul “kemanusiaan”. Mosi ini melangkahi perasaan-perasaan ideologis lainnya. Hal ini dapat terlihat melalui organisasi-organisasi supranasional yang dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan mosi tersebut. Transendensi identitas ini mendorong dan juga didorong oleh upaya pemecahan permasalahan global seperti krisis lingkungan. Komik krisis iklim Yayasan Plan Internasional Indonesia mencoba untuk memberikan identitas kepada pembacanya bahwa mereka adalah bagian dari lingkungan; mereka adalah bagian dari orang-orang yang sayang dengan lingkungannya.

Komik krisis iklim Yayasan Plan Internasional Indonesia menggemakan identitas manusia Indonesia yang hidup dekat dengan alam. Kearifan lokal kita sejak lama telah memberikan penghormatan mendalam terhadap alam dan lingkungan. Contohnya dapat kita lihat pada pandangan masyarakat Bali tentang kesejahteraan. Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan) yang memasukkan keselarasan hidup manusia dengan alam sebagai salah satu aspek kesejahteraan. Masyarakat Bali mencerminkan kearifan lokal kita yang luar biasa karena tidak hanya menggunakan PDB sebagai ukuran kesejahteraan. Namun, di era globalisasi dan modernisasi, kearifan lokal sering kali terpinggirkan oleh budaya populer yang bersifat hedonistik dan merusak kekayaan alam tanpa ampun. Oleh sebab itu, budaya populer harus dapat dikontrol dan diintegrasikan dengan kearifan mengenai pelestarian alam.

Kearifan lokal sangat diperlukan sebagai identitas kolektif suatu bangsa. Hilangnya kearifan tersebut dapat membawa suatu bangsa kepada kemerosotan identitas. Ketidakberdayaan sebuah bangsa untuk mengenali identitasnya sendiri akan menurunkan kemampuan bangsa tersebut untuk menyelesaikan krisis secara adaptif sesuai dengan keadaan dan kondisi bangsa itu sendiri. Dalam konteks ini, hilangnya kearifan lokal dapat menyebabkan krisis lingkungan tidak ditangani secara tepat sesuai dengan keadaan unik yang dialami oleh bangsa Indonesia.

Bacaan lebih lanjut

Henry Tajfel — Social Identity Theory (Teori)

Yuval Noah Harari — Sapiens (Buku)

Daftar Pustaka

Cohn, N. (2013). The Visual Language of Comics: Introduction to the Structure and Cognition of Sequential Images. Bloomsbury Academic.

Plan Indonesia. (2021). Komik Krisis Iklim. Yayasan Plan Internasional Indonesia. Seri 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Dapat diakses melalui: https://plan-international.or.id/

Yayasan Tri Hita Karana Bali. (2012). Buku Panduan Tri Hita Karna Tourism Awards & Accreditation 2012. Bali Travel News Paper.

Lavie, N. (1995). Perceptual Load as a Necessary Condition for Selective Attention. Journal of Experimental Psychology: Human Perception and Performance, 21(3), 451–468.

Penulis: Achmad Farhan (Staf Riset dan Advokasi Amnesty Chapter Universitas Indonesia 2023)

--

--

Amnesty International Chapter UI

Komunitas advokasi Hak Asasi Manusia. Ayo ikut membuat perubahan bersama kami!